Jumat, 11 September 2015

Langkahku vs Angin (sipembawa ragu)

This is My Father's World
_Maltbie D. Babcock, 1901_

This is my Father’s world,
And to my list’ning ears
All nature sings, and round me rings
The music of the spheres.
This is my Father’s world:
I rest me in the thought
Of rocks and trees, of skies and seas—
His hand the wonders wrought.

This is my Father’s world:
The birds their carols raise,
The morning light, the lily white,
Declare their Maker’s praise.
This is my Father’s world:
He shines in all that’s fair;
In the rustling grass I hear Him pass,
He speaks to me everywhere.

This is my Father’s world:
Oh, let me ne’er forget
That though the wrong seems oft so strong,
God is the ruler yet.
This is my Father’s world,
The battle is not done:
Jesus who died shall be satisfied,
And earth and Heav’n be one.



bukan hanya bibirku, tapi juga hatiku tersenyum mendengar setiap lirik dr lagu ini..
betapa Tuhan itu nyata. betapa benar Daud yang memazmurkan "tidak ada tempat untuk manusia bisa lari dari hadapan Allah.
di tempat yang paling terang ataukah gelap, Allah ada disana."
semua alam menyuarakan pujiannya pada Allah.
betapa musik adalah anugerah yang luar biasa dari Allah..
dan aku bersyukur bisa menikmatinya, musik yang dinyanyikan oleh instrumen dan didentingkan oleh daun dan angin, nada yang disiulkan oleh burung-burung, dan not demi not yang dilukiskan oleh ombak.

aku bertanya-tanya kalau semua orang meresapi dan hidup seperti nyanyian dalam lagu ini, akankah ada orang yang hilang dalam keputusasaan dan meragu?
akankah ada pertanyaan, "Tuhan ada dimana dalam hidupku?" "kenapa Tuhan diam ketika aku dipermalukan oleh musuhku?" "mengapa penjahat menjadi gemuk dan orang percaya kurus dan ditindas?"

aku bertanya-tanya, kapan terakhir kali aku berkata pada diriku seperti ini "In the rustling grass I hear Him pass, He speaks to me everywhere!"
menikmati keraguan dan sengsara lebih gampang dibandingkan menikmati kehadiran Tuhan melalui setiap angin yang berhembus. kenapa? karena posisi aku lebih besar bertahta dalam hidupku dibandingkan Dia.
mengasihani diri lebih gampang dari pada memberi kesempatan untuk diri tunduk dalam hening waktu dan bercakap-cakap dengan Tuhan.
menikmati Tuhan adalah keputusan yang paling bahagia bagi jiwa.

He speaks to me everywhere. aku sering melupakan hal ini.
He speaks to me everywhere. aku selalu ragu kalau ini terjadi
He speaks to me everywhere. bagiku ini seperti fiksi, karena aku tidak memberi kesempatan untuk jiwaku mendengarNya.
hai, aku.. untuk kali ini, untuk sesaat ini, akuilah bahwa He speaks to me everywhere. everytime.Dia Allah yang perkasa, yang menjadikan maut hanya sebuah kata tanpa daya.
Dia Allah yang sudah membuktikan keagungan namaNya.
sejarah menyuarakanNya, dan masa depan akan terus membicarakanNya.
lalu mengapa menundukkan keputusan dibawah kebenaranNya, menjadi suatu hal yang menjemukan?

That though the wrong seems oft so strong,
God is the ruler yet.
God is the ruler yet.
God is the ruler yet.
oleh karena God is the ruler yet! bisakah kali ini kau berani melangkah di tengah ombak?
oleh karena God is the ruler yet! maukah kau segera melangkah untuk sesuatu yang jelas benar, tanpa banyak meragu? maukah? pertanyaanku bukan bisakah tapi maukah?
kalau menunggu kata siap, maka tidak akan pernah ciptaan siap dan layak untuk melayani Pencipta.
kalau menunggu kata siap, maka aku takkan pernah mengerti apa itu kata belajar.
tapi karena God is the ruler yet, maka biarlah aku segera melangkah sebelum habis waktuku, (toh daripadanyalah kekuatanku). biarlah aku segera melangkah sebelum hilang kesempatanku, (toh ini semua adalah anugerah dan 'kehormatan' untukku bisa terlibat didalam misi muliaNya).
kalau pun aku tidak mau, maka batu itu sudah siap untuk menggantikanku. biarlah aku tidak digantikan oleh yang lain, biarlah aku mendapat kesempatan untuk menjadi bejana rusak yang indah di tangan Sang Penjunan, karena God is the ruler yet.

Oh, let me never forget.
That though the wrong seems oft so strong,
God is the ruler yet
.

kemarin aku pernah lupa.
kemarin aku pernah gagal.
tapi,
kali ini, janganlah aku gagal percaya pada Tuhan.
untuk besok, janganlah aku mau berdiri digaris penyesalan.
karena (aku) tidak pernah menyesali jalanku dan proses bangun dari jatuhku, maukah kali ini (kau) mengambil jalan yang sama denganku? 
keputusanmu, bukan hanya tentang aku dan hari esok, tapi tentang gandum, ilalang dan Sang Empunya ladang.
This is my Father’s world,
The battle is not done:
Jesus who died shall be satisfied,
And earth and Heav’n be one.

aku beri tahu padamu rahasiaku, sejak aku bertumbuh bersamamu dan mereka, aku tak pernah menyesal, mengambil jalan ini. karena melihat 'kuntum' mengembang menjadi 'bunga', membuatku menyaksikan dan mengakui bahwa Dia mengasihi 'kuntum-kuntum' itu, terlebih lagi Dia mengasihiku sampah yang dilayakkan menjadi selang untuk mengalirkan Air agar 'kuntum' mengembang.


 


 adik, sahabat dan rekan semisiku yang teramat dikasihi oleh Kristus,
kuatkan dan teguhkanlah hatimu! :)




 

Selasa, 18 Agustus 2015

Selasa, 14 April 2015

Kafein, tulisan dan aksi

Kamar kost, 03.41, blue and black



Hari ini ketiadaan hikmat membuat saya mabok kafein. Efek yang jarang timbul akhirnya terjadi, yaitu ga bisa tidur. Efek ga bisa tidur akhirnya kebiasaan lama kambuh, ngelihatin hasil jepretan para seni foto sampe ngebacain semua yang bisa dibaca, termasuk ngebacain blognya orang-orang..

Hasil dari ngebacain blognya orang-orang, nyasar lah lagi di blog seseorang yang ternyata teman dari kak Yantong (nama asli: Yanthi :p ). Dulu pernah leave comment di blog kakak ini, karena setuju dengan pemikirannya. menurutku komentar itu ga bakal dibalas atau mungkin tidak sempat dibaca, karena mungkin beliau orang yang sibuk (saya sotoy ^^), eh ternyata dibalas. Nah, dulu aku punya pengalaman yang membuatku punya pemikiran yang sama, kalo memberitakan Injil itu tidak selamanya harus verbal, walaupun tidak dipungkiri ada momen-momen mengungkapkan secara verbal dibutuhkan, tapi aksi Injil yang seringkali mati adalah gerakan nyatanya, tindakan, bukti, sesuatu yang bisa dirasakan, bukan cuma didengar. Seperti misalnya metode pemberitaan Injil sendiri, terkadang hati yang rindu untuk memberitakan itu mati karena fokusnya pada hapalannya, urutan metodenya, dan bla bla bla. Karena itu juga sering melihat beberapa teman mahasiswa lebih fokus pada sharing injil dengan verbal dan harus pas dengan 1 metode, trus akhirnya lupa ketika aksinya kita dikampus, ditempat main juga diperhatikan oleh mereka yang butuh injil itu.

Seperti pengalamanku yang dijudge apatis oleh seorang teman karena ga pernah ada di kegiatan angkatan, ga pernah tau 'gosip' terbaru dikampus, jarang bisa kasi waktu untuk belajar bareng, hanya sibuk diorganisasi kerohanian kristen. Ketika kata-kata apatis itu sampai ke telingaku melalui teman lain, perasaan marah pertama kali keluar, lalu mulai berpikir "iya ya, ketika aku sibuk di persekutuan doa, dampakku bagi mereka apa? Ketika sibuk mengurusi pelatihan ** , warna yang aku berikan bagi mereka yang lalu lalang di hidupku apa?, dan aku sangat tertampar ketika aku sibuk menyuarakan Kristus, mereka justru tidak melihat Kristus di hidupku. Esensi itu gagal mereka dapatkan, karena aku terlalu banyak bicara tentangku dan imanku, tanpa tau cerita mereka, kebutuhan mereka, hidup mereka. Saat itu kata-kata apatis berhasil membuat otakku berpikir, ternyata selama ini waktuku, lelahku ga bermakna sama sekali, seperti usaha menjaring angin.

Pemuridan juga sama, sering kali kakak ktb hanya sibuk mengejar pertemuan untuk menjejali adek ktb dengan semua teori, materi, dan doktrin yang mereka anggap penting. Ya, memang penting sih sebenarnya, tapi semua Firman penting itu jadi omong kosong untuk seorang jiwa bila kakak ktb sibuk menjelaskan guna shampo bila adek ktb sebenarnya butuh sabun -_-"
 ketika kakak ktb sibuk menjelaskan materi yang berat-berat dan teori-teori tentang integritas tapi ga pernah cerita aplikasinya, pengalaman nyata kakak ktb itu sendiri ketika berjuang untuk berintegritas seperti apa, konsep yang dipelajari di ktb itu kalo dikonteks kampus, dan kehidupan nyata itu seperti apa? Jarang ada yang seperti itu.

Maka, jangan heran bila ktb nya rajin, belajarnya udah banyak doktrin, versi KJV, ESV sampe bahasa asli udah dipaparkan, tapi kok adek-adek ktb nya ga berubah-berubah? Kognitifnya oke, tapi proses nyata nya jadi hilang. efeknya, ketika adek ktb yang dianggap udah 'dewasa rohani' disuruh PI dan memuridkan orang lain, jawabnya malah: "itu bukan panggilanku kak", "aku ga pintar memimpin ktb kak", "aku ga bisa bicara kak", dll. *tongkat estafetnya berhenti, lalu pemuridan mati*

Menurutku itu bukan salah adek ktb, kalo dia melihat memuridkan itu pilihan bukan keharusan, kalo dia melihat memimpin ktb itu masalah pintar dan bisa bicara, kenapa? Karena yang dia lihat ya seperti itu, 'seorang malaikat' yang memimpinnya. Dulu ketika pertama kali punya kelompok ktb, nasehat pertama kak Marisse (kakak rohaniku, tapi bukan kakak ktbku) adalah "dik, ktb itu sharing hidup, bukan belajar agama."
 dari nasehat itu, ada kerinduan untuk belajar sharing bagaimana Tuhan menegur tapi juga mengajarku disaat kejatuhanku, sharing pengalaman nyataku betapa susah dan juga gembiranya berjalan mengikut Kristus itu, mengajak saling mendukung dalam doa, dan mengajak berpikir bersama tindakan nyata apa yang Tuhan ingin kita lakukan dan bisa kita aplikasikan dari didikan yang kita dapat hari ini? Aku ga bilang kelompok-kelompok ktb ku sempurna, tapi setidaknya aku berani bilang kalau kami belajar menghidupi Firman yang kami pelajari, bukan hanya mengetahui dan menguasai bak para Farisi. Pada akhirnya arti ktb sendiri nyata, karena adek-adek ktb pun tau kalau kakak ktb mereka manusia bobrok dan berdosa, bukan malaikat, mereka tau kejatuhan-kejatuhanku, kealayanku, kecerewetanku, dan juga betapa nyatanya Yesus berdaulat didalam banyaknya kekuranganku, maka kami sama, kami butuh bertumbuh bersama, didalam Otoritas dan Kasih yang sama. Student movement berpengaruh besar dalam misi dunia, karena ada tindakan nyata bukan hanya kata-kata, karena menghidupi iman yang dipercayai bukan 'memperkosa' doktrin hanya secara kognitif saja. Semoga saya juga bukan orang yang seperti itu, hanya bisa bicara tanpa melakukan apa-apa.

Hmmm, panjang juga curhat colonganku diatas.. hehehe
Btw, aku sering kagum melihat para manusia yang punya talenta menumpahkan pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan mereka kedalam tulisan. Karena menurutku menulis itu ga gampang. Ya, maksudku tulisan yang benar-benar tulisan, bukan sekedar tulisan yang berisi curhatan pribadi seperti isi blog ku ini.. hehe
Sering, berpikir.. kok bisa ya menuliskan hal kritis yang menggerakkanku ikut berpikir? Kok bisa ya menuliskan hal rumit, tapi nyata dan fakta? Yang paling penting, kok bisa ya menuliskan hal yang sangat memberkatiku dan menarikku kedalam ruang refleksi? Seperti tulisan kak Zadok yang menamparku ketika dia menuliskan "lalu pembicaraan berpusar kembali kepadanya dan Tuhannya dan misi surgawinya.", "“Bersaksi” (dalam definisinya) membuatnya merasa “menjalankan misi Kristus.” Saya punya misi lain, yaitu meninggalkan setiap orang yang terlalu banyak bicara." Lalu aku pun bertanya, apakah aku seperti orang yang ditulisan kakak ini? Terlalu banyak "bicara"? dan... perenunganpun dimulai..

Ya, betapa hebatnya Pribadi yang menciptakan talenta itu, dan bersyukurlah pribadi yang dipercayai talenta itu :) Soli Deo Gloria!



Jumat, 27 Maret 2015

How are you dude (?)

 Kamar Kost, 00.05, merah, putih
Hai blog, how are you?
I'm not good here, but i'm fine :)

Rabu, 04 Februari 2015

Alasan Kecil Untuk Tersenyum Hari Ini :)

Perpustakaan Perkantas (RuPer), 19.55, Abstrak Rainbow, Blue and Black.


Malam ini, ada momen kecil yang membuatku tersenyum melihat facebook :)
akhirnya setelah sekian lama, facebook yang seringkali menjadi pertanyaanku akan kegunaan dan fungsinya itu, kini menjadi sedikit berguna, yaitu untuk membicarakan kesenangan yang sama dari beberapa orang.
Dulu sempat berpikir facebook yang ga terpakai tapi ga bisa dihapus karena kebutuhan akan beberapa grup ini, enaknya diapain ya? Dari pada dibiarkan penuh dengan sarang laba-laba... Akhirnya ide untuk mensinkronkan antara akun instagram dengan akun facebook pun muncul, berhubung karena aku menyenangi bidang foto memoto, maka ada sedikit keyakinan media sosial yang satu ini (baca: instagram) akan lebih terurus.
Singkat cerita, setelah mengenal buku klasik dari bang Epy, dan melihat hobinya memuat poetgraphy di blog dan instagram, maka aku terinspirasi mengunduh beberapa fotoku dengan memakai puisi dari Sapardi Djoko Damono. Pada tanggal 30 Januari 2015 seorang rekan sepelayanan memberi komentar disalah satu foto dengan puisi klasik yang tpernah aku unduh di instagram tetapi terkoneksi atau terunduh secara otomatis di facebook. Kurang lebih tampakannya seperti berikut:

di facebook

di instagram


BERJALAN KE BARAT WAKTU PAGI HARI
Oleh: Sapardi Djoko Damono

Waktu berjalan ke barat di waktu pagi hari
matahari mengikutiku di belakang
aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri
yang memanjang didepan

aku dan matahari tidak bertengkar
tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan bayang-bayang
aku dan bayang-bayang tidak bertengkar
tentang siapa di antara kami yang harus berjalan di depan
Komentar di facebook:

Intha Alice M:
waaahhh.. aku juga suka sapardi djoko damono (30 January at 13:40)

Ivana Christine Tarigan:
Waaahhhh, keren memang Intha Alice M hehehe

Aurora Racheltasia Puspito Usodo:
Haii haii.. Sesama penyuka SDD. Aku jugaa!:) Please, enjoy this one aku-ingin-sapardi-djoko-damono

Intha Alice M:
sukaaaaaaaa... salam kenal Aurora bagusssss
"Aku ingin"..
“aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu
aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada”
― Sapardi Djoko Damono

Ivana Christine Tarigan:
Aurora Racheltasia Puspito Usodo = kak Aurora yang berangkat MiKa terakhir kemarin lho Intha Alice M, belum kenalan beneran? hehehe
kalo puisi "aku ingin" itu kesukaan/penggilanya mah si Theodora Dyah Paramita :D

Ivana Christine Tarigan:
bagus kak Aurora , segera di repost di soundcloud.. hahhaa
ini juga asiikk kak >> Musikalisasi Puisi-Sapardi-Aku Ingin-By Gilang

Ivana Christine Tarigan
:
kak liat ini juga hatiku-selembar-daun-sapardi

Aurora Racheltasia Puspito Usodo
:
Waa... yg hatiku-selembar-daun baguuus.
Biolanya buat musiknya makin syahdu Jadi gimana Ivana, Intha..
Kita buat project musikalisasi puisi bersama kah? xp

Ivana Christine Tarigan:
hahahhaha.... aku mah ayokk aja kak, apa sih yang ga bisa dipelajari dan dicoba (BoNek) :D

*lalu terbersit niat dihati untuk menuliskan chat yang mengundang senyum ini ke dalam blog yang masih dipertanyakan"ke-blog-annya" hahahhaha..

Penciptaku yang Agung.. aku bersyukur, masih bisa berbagi kesenangan, hobi, tersenyum, dan masih ingat untuk bersyukur hari ini, terima kasih TUHAN :)

Sekarang, ya Allah kami, kami bersyukur kepada-Mu dan memuji nama-Mu yang agung itu.
(1 Tawarikh 29 : 13)

Senin, 02 Februari 2015

Doktrin, penyembahan, pelayan, ladang.

Kamar Kost, 21.00, Short and Long

“The gospel is not a doctrine of the tongue, but of life. It cannot be grasped by reason and memory only, but it is fully understood when it possesses the whole soul and penetrates to the inner recesses of the heart."

“Those who set up a fictitious worship, merely worship and adore their own delirious fancies; indeed, they would never dare so to trifle with God, had they not previously fashioned him after their own childish conceits.” ~ Institutes of the Christian Religion


"The Lord has given us a table at which to feast, not an altar on which a victim is to be offered; He has not consecrated priests to make sacrifice, but servants to distribute the sacred feast."


“No one can travel so far that he does not make some progress each day. So let us never give up. Then we shall move forward daily in the Lord’s way. And let us never despair because of our limited success. Even though it is so much less than we would like, our labour is not wasted when today is better than yesterday!” ~ Institutes of the Christian Religion



4 kutipan diatas adalah kutipan-kutipan John Calvin, saya tidak mencomot-comot kutipan (baca: mengambil penggalan" kalimat) lalu berusaha menghubung-hubungkannya, tetapi hanya ingin membagikan kutipan-kutipan yang menjadi peneguh, teguran dan telah 'mengalarm' saya.

Sabtu, 31 Januari 2015

Hi February :)

Kamar Kost, 00.45, White and Brown Batik

Beberapa kairos dari semua momen di pergantian bulan yang patut disyukuri:
1. Teguran dalam ayat hapalan :)
(Orang yang SABAR melebihi seorang pahlawan, orang yang MENGUASAI DIRINYA, melebihi orang yang merebut kota. (ams 16:32))

2. Sukacita ditengah rasa lelah, yang sudah lama tidak aku rasakan, kembali datang, ketika mendapat anugerah ngajar les bahasa inggris di KA-12 perkantas, lanjut rumah singgah (bagaikan kejar tayang :D ), dan ingin bersyukur dengan sangat, bagaimana hari Sabtuku akan berlalu setiap minggunya dengan belajar bersama anak-anak manis itu :)

3. Mendapat kesempatan menemani Sendi latihan untuk simulasi KP. Berdoa dengan sangat kamu bisa melihat, bagaimana Dia memprosesmu ditengah rasa malu menghadapi org banyak ini adekku :) berharap bisa datang tgl 3 Feb di EE clinic! ;)

4. Kesempatan persiapan trainer Kairos :) :) :) sukacita mengalahkan lelah malam itu. Ingin mempersiapkan yang terbaik, untuk menyampaikan isi hatiNya bagi para calon pekerjaNya! :D

5. Sharing ke dosbing masalah visi dan susunan rencana hidupku kedepan, bersyukur untuk moment diteguhkan dalam firman dan berdoa bersama yang dipimpin langsung oleh beliau ketika selesai bimbingan :")

6. Dapat modal untuk menghadapi bulan kasih sayang besok, dari pesan saat teduh hari ini... "SANGKAL DIRI-PIKUL SALIB-FOKUS IKUT DIA dalam berbagai aspek".

Diproses lagi di bulan Februari? Aku siap TUHAN :) :) :D


Selasa, 27 Januari 2015

Kenapa harus aku yang bodoh ini (?)

Kamar Kost, 00.00, Black and Black.
Diusiaku saat ini, bukanlah hal yang gampang untuk hidup free tanpa pikiran, enjoy asik ala-ala ABeGe.
Lulus SMA 2009, baru kuliah 2010, 2015 masih belum maju sidang, dan beberapa cerita-cerita kecil didalamnya, adalah kondisi yang cukup pekat menurutku, tidak dipungkiri ada masa-masa depresi didalamnya.

Malam ini, sisi melankolisku mendorongku untuk menulis beberapa hal yang cukup berat untuk terus aku pertahankan dalam kondisiku saat ini.
Yang paling berat untuk aku pertahankan saat ini adalah KTB ku dengan adik-adik...
Berat dalam kondisi seperti ini:
Menjadi kakak yang selalu care, disaat care untuk diri sendiri aja lupa.
Senyum tepat pada waktunya, mood untuk senyum aja ga punya.
Mengatakan "it's okey dek, kamu bisa", ditengah keminderan pada diri sendiri.
"ayok, kapan kita belajar bareng?", ditengah kesulitan diri mengatur waktu belajar.
"ayo kapan bisa KTB, disaat waktu untuk PA pribadipun cukup sulit ditemukan.
Ada banyak hal berat yang harus tetap dilakukan dalam kondisi saat ini, dan yang paling berat dari semua hal diatas adalah ketidakmampuan untuk tidak melakukannya.
Berat untuk tidak care, tidak tersenyum, tidak menyemangati, tidak mengejar kekonsistenan KTB, tidak mendampingi mereka. Berat untuk tidak mengerjakan hal yang memang seharusnya dikerjakan ini, sekalipun sering merasa terhakimi dengan perasaan akan diri yang munafik ini.
Malam ini, jadi teringat lagi ketika kak Meichelani (kakak bimbing pertamaku) bilang: "nanti, ketika kamu sudah jadi kakak bimbing, akan ada waktunya dimana seakan-akan Tuhan tidak mengijinkanmu untuk memikirkan dirimu, seakan-akan hanya boleh memikirkan dia, dan mereka."
Hahaha, aneh rasanya mengingat hal itu, ketika yang dikatakan itu terjadi.

Terberat kedua, tetap ada visi yang begitu kuat, yang menyeretku untuk mengerjakannya.
Ditengah rasa capek ini, ada sukacita yang begitu luar biasa disekujur tubuhku, ketika bisa mengajar anak-anak les gratis bahasa inggris.
Ditengah kebodohanku, aku diberi kesempatan mengajari mereka. Senang rasanya, ketika mereka mengerti, lalu berebutan menunjukkan hasil pekerjaan mereka sambil berkata "kak, kaya gini kan?", "kak, aku benar kan?", atau ketika ada yang diam, lalu setelah dihampiri dan diajari, ekspresi mukanya berubah, lalu berkata "aku bisa kak".
Ahh, senangnya hati ini, seakan-akan lupa, kalau diumur ke-23 tahunku, aku belum wisuda.

Terberat ketiga, setiap hari harus memikirkan, bagaimana caranya mendapatkan dana? Disaat kebutuhan untuk diri sendiri aja dicukup-cukupkan dan terkadang tak terpikirkan, aku harus memikirkan bagaimana caranya mendapatkan Rp 2**.000.0000,- ?
Merekap pendapatan, jualan yang terkadang harus pake muka tembok, mikir ide jualan, nyatat, rekap uang, mikir, nyatat, masak, antar pesanan makanan, rekap uang. Jujur, kalau bukan mengingat nilai kekal dan esensi tujuan dari apa yang aku kerjakan sekarang, mungkin bendera putih sudah terangkat sekarang.

Terberat berikutnya, tidak memikirkan (mengkhawatirkan) mereka yang memikirkanmu (mengkhawatirkanmu).
Menjaga kepercayaan mereka yang mempercayaimu.
Bertanggung jawab atas hal yang tidak selayaknya diberikan padamu.

Lalu, ditengah tulisan ini, aku teringat bagaimana Yesus berdoa sampai mengeluarkan peluh yang 'seperti' ataukah 'memang' darah (?)
Betapa tidak terbandingkannya apa yang kuanggap berat saat ini, dengan apa yang ditanggungNya 2000 tahun yang lalu.
Proses yang berat bagiku saat ini, pada akhirnya aku pula yang akan merasakannya, dan menikmati hasilnya.
Tapi, beban berat yang harus ditanggungNya saat itu bukanlah karena salahnya, dan bukanlah untuk kepentingan diriNya, melainkan untuk ku, dan kamu.
Karena dosaku, dan dosamu.

Mati untuk diri sendiri, bukanlah hal yang mudah kawan.
Sering kali yang kita lakukan ditengah kesulitan semua proses ini adalah lari. Lari dari kenyataan, dan mencoba menghipnotis diri sendiri. Seakan-akan mau bilang "aku baik-baik saja kok, hubunganku padaNya aman-aman saja kok, tapi diujung kalimat ada kata-kata tapi bohong."

Terkadang aku heran akan dalam dan lebarnya kesabaranNya padaku. Seperti Rajawali yang menangkap anakNya ketika belajar terbang, Allah selalu sigap dan pasti.
Ditengah kelabilan, pelarian, dan ketidaksetiaanku pun Dia selalu kudapati setia.
Hari ini, didalam ketidaksetiaanku aku bertanya padaNya "kenapa harus seberat ini Tuhan, kenapa harus orang bodoh dan berkapasitas kecil seperti saya?"
Lalu, malam ini didalam kesetiaanNya, dia menjawab melalui status saudara KTB saya.


"Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna"
(2 Kor 12:9a)

Minggu, 25 Januari 2015

Hari Minggu yang sangat terang

Kamar Kost, 19.20, Black and Black
 
Hari ini adalah hari yang sangat tidak pernah kubayangkan sebelumnya. Hari yang cukup tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata (berlebihan sepertinya, hehe), kenapa? Karena hari ini, aku belajar banyak hal, dan hari ini suasana kota Surabaya terasa sama seperti kota dimana aku tumbuh (Takengon). J Tadi malam, aku mendapat chat dari seorang abang yang sudah seperti abangku sendiri, bang Helvry namanya. Beliau adalah salah satu dari banyak abang dan kakak from different parent yang aku punya. Ya, Takengon adalah suatu kota dimana kami semua lahir, sekolah, dan bertumbuh bersama, namun dengan berbagai macam alasan, saat ini kami tidak lagi disana, bukan orang tua kami setidaknya. Dalam proses merantau kami, kota yang terkenal dengan kopi gayonya dan dinginnya yang menusuk tulang itu, tidak akan pernah terlupakan.

Nah, kembali ke bang Epy (begitulah kami adik”nya memanggilnya). Semalam aku pikir, hari ini kami hanya dapat sharing dan bercerita di stasiun gubeng, sebelum kepulangannya bang Epy ke Bandung, tapi ternyata bisa jauh lebih seru dari itu *senyum lebar*

Yang pertama, suasana beribadah hari ini seakan-akan seperti gereja di jalan Blang Kolak, Aceh Tengah. Why? Karena aku ibadah bareng bang Epy hari ini, aroma” Takengonnya sangat kuat. (hehehe) jadi kangen dengan bapak dan mamak.

Nah dalam ibadah hari ini aku belajar hal yang pertama, yaitu tentang terang yang mencelikkan mata kita yang buta. Bukan sekedar terang, tapi Terang yang kupelajari hari ini adalah Sang Pemberi terang yang menjadi Terang itu sendiri.

Hal yang sangat menamparku hari ini adalah bagian dimana Pdt. Hadyan Tanwikara berkata hal yang ingin Yesus hilangkan dari hidup kita adalah kegelapan yang menggelapkan mata kita, kegelapan yang membuat kita menjadi manusia yang hanya bisa melihat orang lain dari sisi gelap mereka. Benar juga kata pendeta dari GKI Gejayan, Jogja ini (baca:tempat aku beribadah selama tinggal di Jogja). Kita seringkali sangat ‘peka’ melihat sisi gelap orang lain, lalu menceritakan kegelapan orang itu, agar kita bisa terlihat terang. Menceritakan kejelekannya, agar saya terlihat baik. Proses hakim-menghakimi yang pastinya semua orang, termasuk saya pernah bahkan sering lakukan.

Dalam kegelapan mata dan hidup kita, Yesus yang adalah Sang Terang datang untuk membagikan terangNya bagi kita, supaya kita bisa melihat hal yang jauh lebih indah dan benar. Semua orang butuh Terang, caranya hanya mengikuti Sang Terang itu secara terus menerus, dan berjalan terus menerus dibelakang Sang Terang. Karena, hanya didalam teranglah kita memiliki tujuan, semangat dan ketaatan secara terus menerus. Kegelapan bukan hanya berbicara tentang dosa, tapi kegelapan yang paling utama berbicara tentang hidup yang dijalani TANPA TUJUAN (baik secara hidup didalam dunia, maupun secara kekekalan).

Hiduplah dalam terang Kristus kawan, jangan biarkan dunia berada diantara kamu dan Kristus, lalu menghalangi kamu untuk menerima terang itu. Tapi hiduplah tepat didalam terang itu, bertujuan hidup padaNya, semangat didalamNya, dan taatlah kepadaNya.

Pelajaran kedua yang aku dapat hari ini, adalah kegelapan yang memiskinkan wawasan manusia. Kegelapan itu bernama jarang membaca buku (baca:selain buku pelajaran, yang memang menjadi tuntutan untuk dibaca).

Mungkin kegelapan yang aku punya bukan jarang membaca buku, aku termasuk orang yang suka membaca buku, hanya saja sangat miskin wawasan tentang buku. Selain buku dari tuntutan studi, literatur perkantas, SAAT, dan momentum, bisa dibilang aku tidak pernah membaca buku. Sangat miskin dan hampir buta bukan? 

Nah, hari ini bang Epy mengajakku ketemu dengan seorang temannya, dia adalah anggota yang sudah dikenal secara internasional dari komunitas mereka, komunitas blogger buku indonesia namanya. Bertemu dengan ce Fanda dan bang Epy hari ini, membuka banyak wawasanku tentang buku. Tentang buku klasik, filosofi-filosofi, cara beli dan nawar buku dilapak buku bekas, sistem pendidikan Indonesia tercinta ini yang sangat jauh dari filsafat, pelajaran teori Akuntansi misalnya, kenapa pendapatan itu bisa terjadi? Kenapa proses perpindahan hak pada harta dikatakan pendapatan? Sepertinya tidak pernah membahas hal ini diruang persegi penuh bangku dan satu panggung itu. Adanya, belajar sejarah yang tidak jelas, berujung pada paksaan harus dihapal, lalu selesai di soal ujian berbentuk pilihan berganda atau essay yang jawabannya bersifat ‘pasti’. Akhirnya teori akuntansi menjadi salah satu pelajaran yang cukup membosankan bagi mahasiswa akuntansi. Topik pembicaraan yang cukup luas sampai tentang apa salahnya seseorang hidup single (tidak pernah pacaran sekalipun) selama 23 tahun dan belum menikah pada usia 32 tahun atas pilihan sendiri? Ada banyak hal didalam hidup yang dijadikan standar atau patokan kesuksesan, yang sebenarnya tidak masuk akal.

Sebagai orang yang terkenal gutul (baca: bahasa karo bandel) dikalangan para Takengon’ers, tidak menyangka bisa ngobrol hal seluas dan sejauh ini dengan bang Epy.
Hari ini juga, terbukti sudah kecupuanku. Selama kurang lebih empat tahun hidup di Surabaya, ini pertama kalinya aku tahu ada tempat bernama Kampung Ilmu (di Jl. Semarang), kalo ga karena bang Epy, mungkin sampe aku meninggalkan Surabaya pun, aku ga akan pernah tau tempat seperti Kampung Ilmu. Ah, cupunya aku. Hehehe

Terakhir, bukan hanya wawasan, obrolan, aroma Takengon, solusi atas studi + profesi, dan makanan yang aku dapat dalam paket quality time sama bang Epy hari ini, tetapi 2 buku fiksi klasik + beberapa pembatas buku ala bbi (blogger buku Indonesia) dan satu doggy bag perpus UI juga aku dapatkan.

Wah, betapa penuh berkahnya hari ini Tuhan. Bukan hanya belajar terang, tapi juga mengalami terang dari Sang Terang itu sendiri. Melihat komunitas-komunits seperti ini aku melihat, ada banyak orang keren yang dibalut dengan kesederhanaan dan gaya yang cukup biasa. Tapi wawasannya, ga tergantikan deh sama materi sebesar apapun.

Tuhan, hari ini seperti hadiah untuk pembaca buku kertas dan blogger level dibawah awam seperti saya *smile*
Terima kasih... *smile*


Buku Fiksi Klasik Pertamaku :)

Kamis, 15 Januari 2015

Percayalah Kepada TUHAN, Akuilah DIA, dan Takutlah KepadaNYA :)

Kamar Kost, 13.38 PM, Black and Gray
Kemarin olahraga pertama yang aku jalani di tahun 2015 ini... Rasanya senang sekali, ketika jantung mulai berpacu lebih kuat, ketika rangsangan dari hipotalamus menyebabkan kelenjar keringat mengeluarkan cairan keringat, ketika itulah tubuh menjadi sangat segar... ^^
Hari ini tidak bisa olahraga seperti kemarin, tp bersyukur keberadaan skipping bisa mendukungku untuk tetap berolahraga hari ini... hehehe
sebenarnya cerita olahraga diatas hanya sedikit basa basi sebelum aku bercerita hal yang sesungguhnya ingin kuceritakan...

Akhir-akhir ini, banyak orang yang sadar pada perubahan wajahku. Ya, perubahan yang diakibatkan oleh banyaknya jerawat -_-
Tidak dipungkiri, akhir" ini terlalu banyak hal yang aku pikirkan, terkadang karena terlalu banyaknya hal yang aku pikirkan, aku jadi memusingkan hal yang tidak perlu untuk dipusingkan, misal : pusing krn 2 kegiatan penting, yang harus dijalani kedua-duanya, tapi jadwalnya bentrok. Padahal, salah satu dari kegiatan itu acaranya bukan pada hari yang bentrok itu, melainkan besoknya, jadi intinya jadwalnya tidak bentrok.

Aku menyadari bagian ini pada diriku, bagian dimana aku sering menjadikan semua hal sebagai bahan pikiran dan dimana ada kesalahan, aku akan menyalahkan diriku, setidaknya begitulah yang dikatakan oleh ce Iis dari beberapa hasil tes ku. Hanya saja baru kali ini aku mengalami, banyaknya pikiran tegak lurus sama banyaknya jerawat.
Sebenarnya apa sih yang dipikirin van?
Kalau ada yang nanya kaya gini, aku cenderung ga bisa jawab, kenapa? Karena terlalu banyak yang dipikirkan, pikiran itu udah kaya benang kusut diotak, jadi terlalu susah dan ribet untuk menemukan ujung benang untuk diceritakan.
Aku bukanlah orang yang hobi cerita keorang-orang masalah apa yang aku hadapi, tapi aku juga bukan tipe orang yang bisa memendam masalah sendiri. So, kecendurang yang akan terjadi, aku bakalan keluarin semuanya dalam kondisi ceritanya udah panjang, kondisinya udah ribet, dan biasanya dalam kondisi emosional (terlalu sedih atau kesal), biasanya sih orang-orang bilang kondisi ini kondisi 'muntab'.
Saat ini aku belum dalam kondisi muntab itu, tapi aku belajar untuk mempertimbangkan hal-hal yang aku pikirkan dengan sharing dengan orang-orang yang menurutku bisa kupercaya dan memberikan solusi yang netral, dan benar, cenderungnya sama orang yang disebut kakak rohani. Tapi, kemarin aku belajar bahwa serohani-rohaninya kakak rohani ga ada yang bisa memberikanmu saran dan solusi sebaik TUHAN. Mungkin secara teori semua orang tau hal ini, tapi aku baru benar-benar mengerti ketika mengalami hal ini. Kenapa? Karena ada kalanya kakak rohanimu tidak netral dan tidak peka terhadap apa yang kamu pergumulkan. Bahkan menuntut hal yang diluar pikiran. Kalau kemarin respon ku kecewa, maka hari ini aku mau merubah responku menjadi bersyukur. Bersyukur bisa diingatkan hal itu, diingatkan serohani-rohaninya kakak rohani, dia bukanlah dewa yang pasti sempurna, pasti selalu bisa diandalkan dan pasti selalu bisa dijadikan tempat sandaran. Bersyukur diingatkan bahwa hal ini HANYA bisa aku lakukan pada TUHAN. Ya, bersyukur untuk Yesus yang tidak hanya mati untuk menebus dosa untuk menyelamatkan manusia dari maut, tapi juga bersyukur bahwasanya untuk selamanya kasih setiaNya. :') Kenapa hari ini responku bisa berubah? Karena Amsal 3 yang aku baca pagi ini... :') Aku mau membagi perenungan ini, tapi menurutku setiap orang bisa mendapatkan pelajaran yang berbeda-beda dari pembacaan Firman, maka aku memutuskan untuk membagi Amsal 3 secara full dan berharap kalian yang membacanya memperoleh pelajaran, pengharapan dan penghiburan seperti aku. :)









Maka, diakhir pembacaan Amsal 3 hari ini, aku memutuskan untuk menghapalkan ayat yang menegurku , memberiku pengharapan dan penghiburan itu... yaitu ayat ini...


 Masalah dan pilihan yang harus dipergumulkan memang masih tetap ada, kondisinya pun belum berubah. Tapi pola pikir, kesiapan hati, dan kondisi jiwa si pemilik pergumulan ini telah berubah. Dia tidak lagi bersandar kepada pengertiannya dan tidak lagi memikul sendiri masalahnya, karena dia mau percaya dengan segenap hati kepada TUHAN yang memikul bagian 'kuk' yang lebih besar yang berdiri tepat disebelahnya.


PERCAYALAH KEPADA TUHAN, AKUILAH DIA, DAN TAKUTLAH KEPADANYA!  
Happy Friday... :)



























Sabtu, 10 Januari 2015

Tiap Detik Menawarkan Pelajarannya Sendiri

17.52 WIB, The Library Cafe, Cream-Blue Jeans.

Dengan sisa-sisa dayaku, aku coba merenungkan ulang, bagian-bagian yang menjadi devosiku, mencoba untuk mereka-reka, bagaimana mungkin pelajaran ini dimulai ketika aku hampir menyelesaikannya? kenapa? bukankah apa yang ingin segera aku kerjakan itu bukan tentang diriku sendiri? bukankah apa yang ingin aku realisasikan itu telah melewati proses bergumul yang panjang?
Siang itu, malam itu, pagi itu, sampai berhari-hari, pertanyaan itulah yang ada dibenakku.
Sampai di satu titik, aku kehabisan daya dan putus asa. putus asa untuk melogikakan kondisi ini, menyerah untuk mencari alasan dan tawar menawar. semakin hatiku mencoba mencari alasan, semakin menguaplah damai sejahtera didalamnya. di titik itulah aku memutuskan untuk duduk, tertunduk dan bercerita. bercerita kepada Pribadi yang sangat aku kagumi dan aku hormati.
Cerita tanpa kata-kata itu menciptakan suatu rasa berserah, pengharapan dan damai sejahtera. Rasa ini menjadi awal untuk aku menguji keputusanku saat itu, menguji haruskah aku yang sudah terlambat satu semester ini, harus mengambil satu semester lagi? demi menaikkan IPK?

Bercerita tentang satu semester demi IPK, beberapa hari ini seperti persiapan perang bagiku.
Advanced Accounting, begitulah nama perangnya. Salah satu perang dari empat perang mematikan bagi mahasiswa akuntansi (baca: Introductory Auditing Practices, Thesis,
Comprehensive Examination). 'ah, mengetiknya saja membuat tanganku gemetar (hehehe).'
Pukul dua pagi tadi aku berencana mengistirahatkan tubuh dan otak yang telah terkuras selama sepuluh jam, niat satu jam itu akhirnya kebablasan sampai pukul enam pagi. Bangun dengan kondisi shock dan langsung menghitung berapa lama lagi waktu tersisa sebelum aku ujian. Aku memutuskan untuk memulainya dengan saat teduh terlebih dahulu.
Tamparan pertama yang Lukas 5:1-11 berikan bagiku adalah Pemahaman Petrus akan Yesus, yang membuatnya memanggilnya bukan lagi Guru tetapi Tuhan. 
Tamparan kedua titik balik dikehidupan ketiga murid membuat mereka mengambil keputusan besar dengan dasar yang besar dan keyakinan penuh untuk mengikuti sang Guru.
Tamparan terakhir yang menjadi perenunganku "ketika kita tahu siapa yang memanggil kita, niscaya kita akan mengikuti Dia sepenuh hati. bila kita belum berserah sepenuh hati, kita perlu bertanya, sudah seberapa jauh kita mengenal Dia?"
Hal ini menegur dengan sangat sehingga renunganku pagi ini di hiasi dengan pipi yang basah.
sesulit-sulitnya Advanced Accounting bagi mahasiswa akuntansi, aku tau hal ini tidaklah sesulit Petrus dan nelayan lain untuk percaya dan tunduk pada perintah Yesus. Petrus dan kawan-kawannya telah bekerja keras sepanjang malam, tetapi hasilnya nihil. Lalu bagaimana mungkin menjala ikan di siang hari, jika malam sebagai waktu terbaik tidak memberikan hasil apapun? Lagi pula, bagaimana mungkin seorang tukang kayu dan guru paham soal jala-menjala melebihi nelayan? Namun, Petrus mengalah. Yesus adalah Guru dan perkataanNya harus dipatuhi, walaupun pada akhirnya dia terbukti salah. Lompatan pengertian yang besar pada Petrus ketika dia memanggil gurunya Tuhan, membawanya  tersungkur mengaku dosa, karena telah enggan mematuhi perintah Sang Guru. Ia mengira dirinyalah yang ahli menjala ikan, tetapi saat itu ia melihat Yesus sebagai Tuhan yang berkuasa atas danau dan isinya.
ah, lalu bagaimana denganku?
aku yang jelas-jelas tau Yesus adalah Allah. Mengenal? benarkah aku sudah mengenalnya dengan benar?
aku yang mengalami Dia secara nyata.
aku yang setiap hari bisa mengenalNya melalui Firmanya.
Bagaimana mungkin aku bisa gagal dalam mengandalkan Allah dalam ujian Advanced Accounting seperti ini?
Seakan-akan akulah yang tau susahnya, Tuhan tidak tau.
Aku berjuang mati-matian, seakan-akan kekuatankulah yang akan menyelesaikan perang ini. Mengandalkan kekuatan sendiri menjadikanku seperti seorang pecudang pagi ini. 
Menjelang detik-detik ujian itu, aku belajar banyak hal, bersyukur banyak hal. Setidaknya masih berkesempatan untuk berserah dan memulai perang dengan kekuatanNya dan memohon pimpinanNya. Detik-detik itu menghantarkan pelajaranNya seperti aliran air yang segar ditengah gurun.
pukul 07.30 - 09.10 perang itu berlangsung...
"kalah atau menang, puji Tuhan dan bersyukurlah Ivana" dalam benakku ketika aku meninggalkan bangku ujianku.
Ketika kamu tidak bisa menyelesaikan perang karena waktu habis itu, menimbulkan rasa kesal karena merasa tidak maksimal lalu rasa itu berhujung pada kesedihan.
Ditengah kesedihan itu, pelajaran tadi pagi tentang Petrus menyelimuti pikiran dan hatiku. Bukan hanya itu, Amsal 17:17 kembali kualami ketika Mita (baca: adik kost, teman berantem, saksi sejarah hidup saya) sharing tentang renungannya pagi tadi.
"that God is too powerful, so there is nothing can not be changed by God"
ah, sejuk rasanya mendengarnya.. :)
Allah yang sama juga bisa memberikan hasil yang terbaik untuk perang ku tadi. tapi, bukan inilah yang menjadi alasanku untuk merasa sejuk. melainkan, kebesaran Allah itu yang menjadi dasar. dasar bahwa tidak akan ada yang terjadi diluar daulatNya. dasar bahwa rancanganNya hanya yang terbaik bagi ku. :)
"do the best, and let God do the rest"
Yaa....
Begitulah detik-detik menawarkan pelajarannya pada ku hari ini..
Begitu pula besok, lusa, dan seterusnya..
Pilihan kitalah yang menjadikan setiap detik menjadi proses pertumbuhan atau pelajaran yang berlalu tanpa makna..

 Teman sang jari ketika menari, penyemangat Imajinasi saat merajut.



ceritanya candid (: taken by Mita
(P. S. pengen lihat gambar aja ada usaha, apa lagi hidup. Hidup yang berkualitas lagi *wink*)