Jumat, 04 Mei 2018

Pikir si Mudi

Terkadang kita ga bisa memahami hati dan perasaan sendiri.

Ketika semua berjalan terlalu mulus dan baik, kita menjadi serakah dan tak ingin mengingat atau merasakan waktu dimana kita ditempa untuk kuat.

Kadang, pikirku..
Apakah kebahagiaan hanya akan menghasilkan kejatuhan dan kelemahan?

Rasa sakit selalu mengatakan, tahan dan kuatlah.
Tapi terkadang hal yang menjadi kekuatanku adalah kelemahanku yang paling besar.

Bagaimana bila kebahagiaan pada akhirnya, membawaku turun kembali kedalam rasa sakit dan waktu pemulihan?

Bolehkah kali ini aku merasakan keduanya?
Kebahagiaan tanpa keserakahan dan kekuatan dari 'bekas sakit'.




Aku, namaku Mudi.
Dan hanya ingin mengambil keputusan yang tepat kali ini.

Kamis, 26 April 2018

sebuah percakapan

Terkadang kita tidak menyadari percakapan yang sedang kita lakukan dengan orang lain bisa menjadi berkat atau sandungan buat orang lain yang mendengarnya.
mungkin kita akan bilang, siapa suruh nguping percakapan orang lain.
yup.. benar..
mendengarkan percakapan orang lain bukanlah hal yang sopan, tapi bila 'terpaksa' dan tidak dimotivasi dengan niat untuk curi dengar, saya rasa itu hal yang berbeda.
hal ini lah yang saya alami saat menuliskan ini.
kalimat pembuka diatas tidak bertujuan untuk membela diri sebelum cerita lho ya..
hehehe

saat ini saya sedang berada sebuah ruangan berdinding kaca, baru saja caramel machiato yg saya pesan kehilangan hangatnya, tepat disaat pekerjaan yang saya bawa selesai. sebuah pekerjaan yang lumayan jadi momok buat saya. sebuah laporan yang isinya hitung-hitungan rupiah dan tarif.
ketika tujuan saya datang ke tempat ini selesai, saya memutuskan bercerita di blog ini tentang apa yang saya alami ketika memilih tempat duduk ini.

tadi, pk. 19.33 wib saya memilih tempat duduk yang menghadap kearah jendela, berharap ketika mumet dengan tarif dkk, saya bisa mendapatkan kesegaran dari pemandangan luar kaca. tanpa disengaja, ada 2 orang pria yang sedang bercakap-cakap di sebelah kanan saya, mereka hanya berjarak 2 bangku dari saya.
hal yang membuat saya menunda memakai earphone saat itu adalah percakapan mereka. Awalnya saya tidak punya niat apapun untuk mendengar percakapan mereka, namun percakapan mereka sesuatu yang menarik hati saya, sehingga saya berniat untuk mendengar sedikit lebih lama. (i'm sorry.. ^^V)

percakapan mereka berisi tentang pengharapan didalam Kristus. mereka berbicara soal iman.
seorang yang lebih dewasa berkata, "ketika gw bilang kalo gw percaya sama lo, itu artinya gw beriman ama lo. sama halnya ketika gw ngomong gw percaya sama Yesus, itu artinya gw beriman sama Dia. kalo gw beriman sama Yesus, berarti gw akan lakuin apa yang Dia bilang karena gw percaya sama omongannya Dia."
sekejap, aku teringat akan pengajaran yang aku dapat dalam 1 bulan terakhir ini, apa pun konteksnya, ketika membaca firman, topik yang aku dapat selalu tentang iman.
hal ini seperti sebuah khotbah kecil dari sebuah nguping yang tak disengaja.
lalu hati kecilku berkata, "yup, kita pasti akan ngelakuin apa yang Allah suruh, kalo kita bilang kita beriman kepadaNya. karena bagaimana mungkin saya bisa melakukan hal yang berbeda dengan iman saya, kecuali iman dalam hati saya berbeda dengan kata "iman" yang keluar dari mulut saya.

lalu, pria yang lebih dewasa mengajak pria yang lebih muda membuka Ibrani 11 dari HP mereka.
lalu mereka membaca, Ibrani 11:3, Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat.

rasanya, saya ingin bergeser 2 bangku dan bergabung didalam diam dan mendengarkan mereka. tapi, deadline laporan beisi tarif-tarif ini tidak mengijinkan.
it such an opportunity! thank God, untuk curi-curi dengar (yang tidak disengaja awalnya) dari percakapan pemuridan mereka. :)
disaat bersamaan aku merindukan adik-adik yang bertumbuh bersama ku di Surabaya.
lama rasanya tidak jalan sama mereka lalu ngobrol dan berktb dimana saja (asal bisa duduk dan ngobrol lama) bersama mereka.

waktu yang kita investasikan bisa menjadi begitu berharga dan memberi nilai yang kekal, seperti yang 2 pria ini dan 1 kelompok lain yang sedang pemuridan (nebank, karena ada alkitab didepan mereka) di belakang saya.
tergantung pilihan kita.
Tempat ini berisikan banyak orang dengan topik obrolan dan kepentingan yang berbeda-beda. namun, tak semua orang memilih atau mungkin tak semua orang tau bahwa obrolan yang mereka pilih bisa berdampak ke sesuatu yang "tak dapat berlalu" walau hari ini dan zaman ini berlalu.

Semoga, percakapanku di tempat umum bisa menjadi pengingat kecil/ peneguh kecil buat "penguping-penguping lain yang ga sengaja nguping" seperti 2 pria ini.
Semoga semakin banyak "orang percaya" bertumbuh dengan berbagai caranya yang inovatif, selama Firman yang didiskusikan tidak di modif sesuai zaman yang berubah. karena memang zaman berubah, cara pemuridan tidak bisa selalu sama, tapi kebenaran didalam pembicaraan itulah yang akan tetap dan tak berubah.
:)
Semoga semakin banyak kita yang mau bertumbuh di tengah waktu-waktu sederhana yang kita jalani.
karena bertumbuh didalam Kristus bukan sesuatu yang terpisah dengan hidup sehari-hari.
selamat menghidupi pertumbuhanmu Ivana!

Selasa, 17 April 2018

Diambil Alih Oleh Mudi

Hai…
Namaku Mudi.

Sejak lama aku hendak menampakkan eksistensiku, tapi hari ini aku baru mengerti bagaimana caranya.
Tak perlu kau tau sosokku. Tak perlu kau dengar parauku. Rasakan saja, bukti hadirku nyata bila kau ijinkan rasamu menyapa.

Sejak lama aku hendak menampakkan eksistensiku, tapi hari ini aku baru mengerti bagaimana caranya.
Tak usah dipikir, ini fiksi atau fakta. Biarkan saja, mengalir dengan rasa. Kalau rasamu berkata aku benar ada, itulah dia. Pun. Bila rasamu meragukan aku sungguh ada, begitulah sebenarnya.

Sejak lama aku hendak menampakkan eksistensiku, tapi hari ini aku baru mengerti bagaimana caranya.
Lalu, apa?
Anehnya, aku tak tau bagaimana kelanjutannya.

Ternyata tampak bukanlah segalanya.
Tuntutan itu masih sama.
Dan aku tak tau bagaimana cara memuaskannya.

Namaku Mudi.
Tentu aku memiliki pribadi. Tapi, sering ku bertanya…
Bagaimanakah bentuk sebuah pribadi?
Apakah dia, melayang-layang disini? Di dalam hati atau pikiranku? Atau dia bersatu didalam tubuhku? Atau dia punya tempat lain untuk pergi ketika pejaman mata, mengaburkan segalanya.

Namaku Mudi.
Aku bukanlah pribadi yang menyenangkan. Tapi, anehnya aku punya banyak teman.
Banyakku bukanlah banyakmu.
Banyakku, sebanyak jari ditangan kanan, bahkan tak habis.

Sosok teman mengajarkanku emosi, selain kesepian.
Itu yang awalnya ku pikirkan.
Ternyata keberadaan teman, justru sosok terkuat yang melatih aku untuk merasakan apa namanya itu kesepian.
Lalu, apakah itu baik? Atau apakah lebih baik tidak punya teman?
Entahlah….
Yang aku tau, punya teman adalah sebuah penyesalan yang takkan pernah aku lewatkan.
Berkali-kali pun aku di kembalikan dititik awal, keputusan untuk berteman tetap akan kulakukan.

Namaku Mudi.
Layaknya manusia biasa lainnya. Aku punya usia.
Semakin banyak jumlah usiaku, aku tau semakin sedikit kesempatan aku berfungsi di tempat fana ini. Ya, fana.. orang-orang menamainya dunia.
Dan anehnya, semakin banyak usiaku. Semakin tak mengerti aku apakah langkahku yang jauh ini sudah tepat atau tidak.
Mungkin karena pasir kesempatan terus jatuh dan ruang waktu bagian atas semakin luang. Buat saja nama rasa ini panik.
Aku mengalami kepanikan.
Panik menjelang waktuku usai.
Seakan hari penilaian akan datang.
Senang, kalut, deg-degan… bagaimana aku akan dinilai? Itulah yang terus kupikirkan.

Namaku Mudi..
Detik ini, aku merubah rencanaku…
Hahahahha
Perubahan? Itulah satu-satunya yang tetap ada didalam diriku.
Cerita ini bukan untuk menampakkan eksistensiku…
Mulai saat ini, cerita ini hanya untuk menggambarkan siapa aku.
Tentu, takkan ada aku tanpa mereka yang ada disekelilingku.

Namaku Mudi

Selasa, 27 Maret 2018

Sebuah Coretan dari 17 Maret 2018

17 Maret 2018 s.d. 18 Maret 2018
27..
Ketika kamu mendengar umur 27, apa yang ada dalam pikiranmu?
Sebuah kedewasaan?
Sebuah kemapanan?
Sebuah hidup sebagai mama muda yang penuh pesona?
Sebuah hidup sebagai tulang punggung keluarga?
Sebuah titik hidup dengan beragam pilihan dan kesempatan?
Atau…
Sebuah ruang kosong dan pencarian ulang akan sebuah makna?

Aku?
Aku berada dalam paradoks hidup di usia ini.
Belum lama bersematkan usia ini.
Baru kemarin dan hari ini, kalo rumus matematika belum berubah, total masih 2 hari aku bermahkotakan usia 27..
Kenapa pake simbol mahkota?
Iya, biar ga sinis-sinis amat sama 27.
Back to paradox..
Paradoks apa yg aku alami di usia 27?
Awal 27 kuawali dengan down+grateful yang luar biasa dalam.. (iya keduanya sama dalamnya)
Down kenapa? Titik 27 ini, aku mendapati diriku bertanya ulang, apa yang Tuhan mau untuk aku lakukan di fase ini? Dulu aku bertanya, who am i? lalu, aku ada untuk melakukan apa di dunia ini? Dan sekarang, sekarang aku udah dekat dengan fase enyah dari jagat raya ini, lalu bagian apa yang Tuhan mau untuk kuambil dan kerjakan?
Down, karena ga siap dengan kata tua (kasian ni anak), karena ga siap dengan tanggung jawab-tanggung jawab yang lebih (atau sebenarnya tuntutan yang lebih?), karena mendapati diri diusia ini aku masih pribadi yang penuh excuse dan pengecut untuk mengambil resiko dari sebuat keputusan. Udah usia segini tapi masih meragukan providence nya yang Ciptain saya.
Down, karena mendapati diri ada didalam dunia yang sinis terhadap pilihan-pilihan hidup seperti saya, yang kemudian membuat saya berpikir ulang akan pilihan ini. Menilai ulang.
Down, karena saya terbuai, dan tersedot, terjebak disebuah kekosongan.
Tapi..
Grateful buat apa? 27 ini justru gratefull karena berada di fase hidup yang berani liat realita hidup kaya apa. Misal ga perlu banyak teman kalo itu Cuma relasi basa basi pencitraan dan hanya sebatas pemenuhan tuntutan sosial atau hanya menjaga tali persilaturahmian yang terlanjur terjalin.
Gratefull,  tetap bisa mendapati diri punya banyak orang yang sejatinya emang teman dan hadir untuk memberi ruang bagi Ivana untuk melihat, saya masih special buat beberapa manusia lain.
Tentu bukan, karena aku orangnya asik, baik dan menyenangkan ditemani. Tapi, sadar benar ini sebuah gift no.1 didalam 27 tahun ini.
Gratefull, karena keluarga dan sahabat-sahabat yang aku punya ga banyak tapi udah diuji oleh waktu, dan mereka stay.
Gratefull, karena sebuah pelajaran dari Tuhan masih belum berhenti didengungkan (artinya, Tuhan ga diam sama aku!)
Gratefull, Ivana yang bobrok nan bangsat ini punya Allah yang setia dan keren banget, yang sampe sekarang masih merombak bagian-bagian yang salah dalam hidup dan dibangun sesuai identitas baru yang Dia berika untuk saya, untuk menjadi Bait Suci nya Dia.
Gratefull, karena dapat kesempatan mengajukan telunjuk ke diri sendiri.

Banyak orang yang bilang, dengan rajin-rajin bersyukur dan ga mengeluh hidup kita akan lebih ringan.

Jujur, aku sih ga terlalu setuju..  hehe
Mensyukuri hidup bagiku ga menjadikan hidupku lebih ringan.
Aku masih dengan masalah yang sama, hidupku masih dikekang pergumulan yang sama, dan otakku masih dengan pertanyaan-pertanyaannya akan eksistensi hidup yang sama.
Tapi, kenapa aku masih mau jd  volunteer bersyukur?
Karena ketika aku bersyukur, aku tau sejauh ini, ga ada yg ga selesai ‘dikerjain’ Allah dalam hidupku. So, untuk yang ini dinikmati ajalah, toh nanti aku juga akan bilang ‘makasi Tuhan, ternyata ini maksudnya’. Jadi sekarang dihadapi ajalah. Bersyukur, karena masalah yang ini pun datang dengan kekuatan nol dr aku, tapi masih ada percikan-percikan tanda bahwa Tuhan lagi ga beralih pandang dariku atau gagal fokus dalam  hidupku.
Jadi, bersyukur. Dan aku down. Tapi aku bersyukur. Dengan tetap meneteskan air mata. Yang dialiri dengan kata terbata, s.y.u.k.u.r.
Jadi ini paradox ga?
Orang down emang bisa bersyukur?
Emang kalo benar-benar bersyukur bisa down gitu?

27..
Ada banyak petualangan yang melambaikan tangan didepan.
Dari yang bungkusannya orang-orang pasti suka banget, sampe tampakannya tolol dan bodoh banget buat orang-orang yang sejatinya juga ga lebih pintar.
Ya itulah kita. Terkadang lupa, bisa menilai orang bodoh bukan karena kita pintar, tapi karena kita berada didalam kebodohan itu, makanya yang kita bisa lihat Cuma sebuah kebodohan, hanya sayangnya mata tertuju keluar, karena emang mata ga bisa mutar balik ngeliat ke dalam.
27..
Ada banyak resiko yang bisa dipilih.
Lebih tepatnya harus dipilih, atau kamu akan terjebak dalam ruang kosong. Ga bertumbuh. Hidup tapi ga bernyawa.
27..
Kalo pun 26 ga bisa bertahan lebih lama.
Kali ini, 27 berjalanlah lebih perlahan.. bisakah?
Aku akan segera membuang kata denial  itu dan menjadi berani..
Aku akan segera berani menggandengmu
Akan.. segera..

Welcome 27.


Senin, 21 Agustus 2017

Rindu menulis ditempat tak ber-pembaca ini

It's been two years.
Ruangan blog ini mungkin perlu dibenahi dengan dekorasi dari kisah yang baru :)
Sudah ada banyak yang ingin di rangkai diruangan ini.
Tapi bersabarlah, kereta waktu akan segera sampai dengan baju balerina baru untuk jemariku ^^


Jumat, 11 September 2015

Langkahku vs Angin (sipembawa ragu)

This is My Father's World
_Maltbie D. Babcock, 1901_

This is my Father’s world,
And to my list’ning ears
All nature sings, and round me rings
The music of the spheres.
This is my Father’s world:
I rest me in the thought
Of rocks and trees, of skies and seas—
His hand the wonders wrought.

This is my Father’s world:
The birds their carols raise,
The morning light, the lily white,
Declare their Maker’s praise.
This is my Father’s world:
He shines in all that’s fair;
In the rustling grass I hear Him pass,
He speaks to me everywhere.

This is my Father’s world:
Oh, let me ne’er forget
That though the wrong seems oft so strong,
God is the ruler yet.
This is my Father’s world,
The battle is not done:
Jesus who died shall be satisfied,
And earth and Heav’n be one.



bukan hanya bibirku, tapi juga hatiku tersenyum mendengar setiap lirik dr lagu ini..
betapa Tuhan itu nyata. betapa benar Daud yang memazmurkan "tidak ada tempat untuk manusia bisa lari dari hadapan Allah.
di tempat yang paling terang ataukah gelap, Allah ada disana."
semua alam menyuarakan pujiannya pada Allah.
betapa musik adalah anugerah yang luar biasa dari Allah..
dan aku bersyukur bisa menikmatinya, musik yang dinyanyikan oleh instrumen dan didentingkan oleh daun dan angin, nada yang disiulkan oleh burung-burung, dan not demi not yang dilukiskan oleh ombak.

aku bertanya-tanya kalau semua orang meresapi dan hidup seperti nyanyian dalam lagu ini, akankah ada orang yang hilang dalam keputusasaan dan meragu?
akankah ada pertanyaan, "Tuhan ada dimana dalam hidupku?" "kenapa Tuhan diam ketika aku dipermalukan oleh musuhku?" "mengapa penjahat menjadi gemuk dan orang percaya kurus dan ditindas?"

aku bertanya-tanya, kapan terakhir kali aku berkata pada diriku seperti ini "In the rustling grass I hear Him pass, He speaks to me everywhere!"
menikmati keraguan dan sengsara lebih gampang dibandingkan menikmati kehadiran Tuhan melalui setiap angin yang berhembus. kenapa? karena posisi aku lebih besar bertahta dalam hidupku dibandingkan Dia.
mengasihani diri lebih gampang dari pada memberi kesempatan untuk diri tunduk dalam hening waktu dan bercakap-cakap dengan Tuhan.
menikmati Tuhan adalah keputusan yang paling bahagia bagi jiwa.

He speaks to me everywhere. aku sering melupakan hal ini.
He speaks to me everywhere. aku selalu ragu kalau ini terjadi
He speaks to me everywhere. bagiku ini seperti fiksi, karena aku tidak memberi kesempatan untuk jiwaku mendengarNya.
hai, aku.. untuk kali ini, untuk sesaat ini, akuilah bahwa He speaks to me everywhere. everytime.Dia Allah yang perkasa, yang menjadikan maut hanya sebuah kata tanpa daya.
Dia Allah yang sudah membuktikan keagungan namaNya.
sejarah menyuarakanNya, dan masa depan akan terus membicarakanNya.
lalu mengapa menundukkan keputusan dibawah kebenaranNya, menjadi suatu hal yang menjemukan?

That though the wrong seems oft so strong,
God is the ruler yet.
God is the ruler yet.
God is the ruler yet.
oleh karena God is the ruler yet! bisakah kali ini kau berani melangkah di tengah ombak?
oleh karena God is the ruler yet! maukah kau segera melangkah untuk sesuatu yang jelas benar, tanpa banyak meragu? maukah? pertanyaanku bukan bisakah tapi maukah?
kalau menunggu kata siap, maka tidak akan pernah ciptaan siap dan layak untuk melayani Pencipta.
kalau menunggu kata siap, maka aku takkan pernah mengerti apa itu kata belajar.
tapi karena God is the ruler yet, maka biarlah aku segera melangkah sebelum habis waktuku, (toh daripadanyalah kekuatanku). biarlah aku segera melangkah sebelum hilang kesempatanku, (toh ini semua adalah anugerah dan 'kehormatan' untukku bisa terlibat didalam misi muliaNya).
kalau pun aku tidak mau, maka batu itu sudah siap untuk menggantikanku. biarlah aku tidak digantikan oleh yang lain, biarlah aku mendapat kesempatan untuk menjadi bejana rusak yang indah di tangan Sang Penjunan, karena God is the ruler yet.

Oh, let me never forget.
That though the wrong seems oft so strong,
God is the ruler yet
.

kemarin aku pernah lupa.
kemarin aku pernah gagal.
tapi,
kali ini, janganlah aku gagal percaya pada Tuhan.
untuk besok, janganlah aku mau berdiri digaris penyesalan.
karena (aku) tidak pernah menyesali jalanku dan proses bangun dari jatuhku, maukah kali ini (kau) mengambil jalan yang sama denganku? 
keputusanmu, bukan hanya tentang aku dan hari esok, tapi tentang gandum, ilalang dan Sang Empunya ladang.
This is my Father’s world,
The battle is not done:
Jesus who died shall be satisfied,
And earth and Heav’n be one.

aku beri tahu padamu rahasiaku, sejak aku bertumbuh bersamamu dan mereka, aku tak pernah menyesal, mengambil jalan ini. karena melihat 'kuntum' mengembang menjadi 'bunga', membuatku menyaksikan dan mengakui bahwa Dia mengasihi 'kuntum-kuntum' itu, terlebih lagi Dia mengasihiku sampah yang dilayakkan menjadi selang untuk mengalirkan Air agar 'kuntum' mengembang.


 


 adik, sahabat dan rekan semisiku yang teramat dikasihi oleh Kristus,
kuatkan dan teguhkanlah hatimu! :)




 

Selasa, 18 Agustus 2015