Hai…
Namaku Mudi.
Sejak lama aku hendak menampakkan
eksistensiku, tapi hari ini aku baru mengerti bagaimana caranya.
Tak perlu kau tau sosokku. Tak
perlu kau dengar parauku. Rasakan saja, bukti hadirku nyata bila kau ijinkan
rasamu menyapa.
Sejak lama aku hendak menampakkan
eksistensiku, tapi hari ini aku baru mengerti bagaimana caranya.
Tak usah dipikir, ini fiksi atau
fakta. Biarkan saja, mengalir dengan rasa. Kalau rasamu berkata aku benar ada,
itulah dia. Pun. Bila rasamu meragukan aku sungguh ada, begitulah sebenarnya.
Sejak lama aku hendak menampakkan
eksistensiku, tapi hari ini aku baru mengerti bagaimana caranya.
Lalu, apa?
Anehnya, aku tak tau bagaimana
kelanjutannya.
Ternyata tampak bukanlah segalanya.
Tuntutan itu masih sama.
Dan aku tak tau bagaimana cara
memuaskannya.
Namaku Mudi.
Tentu aku memiliki pribadi. Tapi,
sering ku bertanya…
Bagaimanakah bentuk sebuah pribadi?
Apakah dia, melayang-layang disini?
Di dalam hati atau pikiranku? Atau dia bersatu didalam tubuhku? Atau dia punya
tempat lain untuk pergi ketika pejaman mata, mengaburkan segalanya.
Namaku Mudi.
Aku bukanlah pribadi yang
menyenangkan. Tapi, anehnya aku punya banyak teman.
Banyakku bukanlah banyakmu.
Banyakku, sebanyak jari ditangan
kanan, bahkan tak habis.
Sosok teman mengajarkanku emosi,
selain kesepian.
Itu yang awalnya ku pikirkan.
Ternyata keberadaan teman, justru
sosok terkuat yang melatih aku untuk merasakan apa namanya itu kesepian.
Lalu, apakah itu baik? Atau apakah
lebih baik tidak punya teman?
Entahlah….
Yang aku tau, punya teman adalah
sebuah penyesalan yang takkan pernah aku lewatkan.
Berkali-kali pun aku di kembalikan
dititik awal, keputusan untuk berteman tetap akan kulakukan.
Namaku Mudi.
Layaknya manusia biasa lainnya. Aku
punya usia.
Semakin banyak jumlah usiaku, aku
tau semakin sedikit kesempatan aku berfungsi di tempat fana ini. Ya, fana..
orang-orang menamainya dunia.
Dan anehnya, semakin banyak usiaku.
Semakin tak mengerti aku apakah langkahku yang jauh ini sudah tepat atau tidak.
Mungkin karena pasir kesempatan
terus jatuh dan ruang waktu bagian atas semakin luang. Buat saja nama rasa ini
panik.
Aku mengalami kepanikan.
Panik menjelang waktuku usai.
Seakan hari penilaian akan datang.
Senang, kalut, deg-degan… bagaimana
aku akan dinilai? Itulah yang terus kupikirkan.
Namaku Mudi..
Detik ini, aku merubah rencanaku…
Hahahahha
Perubahan? Itulah satu-satunya yang
tetap ada didalam diriku.
Cerita ini bukan untuk menampakkan
eksistensiku…
Mulai saat ini, cerita ini hanya
untuk menggambarkan siapa aku.
Tentu, takkan ada aku tanpa mereka
yang ada disekelilingku.
Namaku Mudi ☺
Tidak ada komentar:
Posting Komentar